Langsung ke konten utama

Unggulan

Ketika Otak Terasa Menurun: Stuck, Bosan, dan Terjebak Dalam Lingkaran Overthinking

Pernah merasa stuck , bosan, dan seolah kemampuan otak mulai menurun? Aku pernah. Bahkan sekarang, aku masih mengalaminya. Beberapa waktu lalu, atasan—yang sebenarnya cukup baik, perhatian, dan sering memberiku ruang untuk berkembang—memintaku menyiapkan presentasi training untuk salah satu fitur pengembangan dari sistem yang sudah ada. Kalau didengar sekilas, itu tugas yang ringan. Banyak orang mungkin akan menganggapnya kesempatan emas untuk belajar hal baru atau menunjukkan kemampuan diri. Tapi untuk seseorang sepertiku, yang cenderung introvert, butuh struktur jelas, dan mudah kewalahan oleh ketidakpastian, tugas itu justru berubah menjadi beban mental yang cukup berat. Bukan karena presentasinya sulit, bukan karena materinya rumit, tapi karena aku tidak punya pegangan yang jelas . Masalahnya bukan pada tugasnya. Masalahnya pada reaksiku —dan aku baru menyadarinya belakangan. Ketika tugas itu diberikan, bukannya aku langsung merancang langkah-langkah yang harus dilakukan atau...

Tentang Kesalahan

 Dari berjuta manusia, kesalahan adalah hal yang lumrah. Namun, siapa sangka jika sebenarnya manusia sangat membenci kesalahan, hanya saja sesuatu dari luar menuntutnya untuk membuat kesalahan itu. Mau tidak mau. Penyesalan, ya itu akan selalu terjadi karena seperti itulah naluri murni manusia. Manusia ingin semua berjalan baik-baik saja, tanpa gangguan, tanpa ancaman, tanpa pengaruh pengaruh luar yang mendorog untuk melakukan sesuatu yang berlabel “salah”. dan amat disayangkan semua itu hanya ilusi, hidup tanpa kesalahan adalah ilusi. Jika dipikir lebih dalam, entah apa yang membuat sesuatu terlihat seperti salah, dan aku sendiri masih tidak mengerti apakah salah dan benar termasuk pada lingkup persepsi yang keberadaannya bersifat relatif, ataukah lingkup mutlak sebagai mana fakta-fakta. Namun, menurutku semua orang sangat membenci kesalahan, kenapa? karena sebuah penyesalan amatlah menyakitkan. Penyesalan itu ibaratkan voucher gratis untuk sebuah kecewa masuk. Manusia tahu kesalahan itu akan mendatangkan kecewa, tapi suatu pertahanan yang entah dari mana datangnya dan mendapatkan keberanian yang begitu besar, berani menerima konsekuensi yang jelas merugikan itu datang menghadangnya. Seakan tidak ada cara lain yang bisa dilakukan selain mengorbankan diri dan membiarkan sebuah kecewa itu singgah.

Komentar

Postingan Populer