Langsung ke konten utama

Unggulan

Surat Doa: Ya Allah, Jangan Biarkan Aku Hilang Arah

 Ya Allah… Di hari-hari yang terasa hampa ini, aku datang kepada-Mu dengan hati yang gemetar. Aku tidak tahu harus berbuat apa, tidak tahu harus mulai dari mana. Aku merasa kosong, kehilangan semangat, kehilangan arah — dan di antara semua kehilangan itu, aku paling takut kehilangan diri dan kepercayaanku pada-Mu. Ya Allah, aku tahu Engkau Maha Melihat. Engkau tahu betapa lemahnya aku sekarang, betapa sulitnya aku untuk bangun, untuk berpikir jernih, untuk melangkah lagi. Terkadang aku merasa seperti beban bagi dunia, seperti tidak ada yang membutuhkan kehadiranku. Tapi jauh di lubuk hatiku, aku tahu — Engkau tidak pernah menciptakan sesuatu dengan sia-sia. Dan itu termasuk aku. Maka Ya Rabb, tolonglah aku yang sedang kehilangan cahaya ini. Bimbing aku untuk kembali mengenal-Mu dengan lembut, agar hatiku tenang dan pikiranku kuat kembali. Jangan biarkan rasa takutku membuatku berhenti berjuang. Jangan biarkan rasa malas menutupi niat baik yang masih ada di hatiku. ...

Corat-Coret

 Memang kebanyakan hal-hal berada di luar kendali kita. Sering kali aku bertanaya tentang pertanyaan yang sama, sebenarnya apa, apa yang membuat hati menjadi sedih, apa yang membuat diri menjadi kecewa? Apakah karena hal-hal luar yang sering kali penuh ketidakpastian. Sebenarnya kenapa aku merasa begitu kecewa dan sedih pada hal-hal yang jelas sudah terjadi, masa yang sudah dilalui yang tak bisa kuulangi lagi. Menyalahkan pun agaknya memang membuang energy. Semua telah berlalu, hal-hal yang nyatanya memang tidak ada pada kendali diri. Namun, tetap saja, aku kecewa akan diriku yang terlalu lalai dan ceroboh. Lantas aku harus apa jika sudah seperti ini. harapan masih ada bukan? Aku tidak ingin terjebak, aku ingin etrus berjalan maju. Tentang kesalahan yang telah aku lakukan aku bisa apa.

Aku mencoba berdialog dengan diriku,

Wahai diri, itu telah berlalu, menyesal pun tak mengubah kenyataan. Apa yang kau harapkan? mengeluh yang jelas-jelas membuang waktu? Masih banyak kejutan di depan sana, apa kau akan mengorbankan semua itu hanya untuk sesuatu yang jelas tak bisa diulangi. Tak ada mesin waktu untuk kembali. Apa sebenarnya yang membuatmu kecewa? Apa yang sangat kau takutkan, hidup miskin? Seperti apa kemiskinana yang sesungguhnya? Kau tidak tahu arti kemiskinan yang sesungguhnya. Dipandang sebagai orang yang bodoh? Lantas apa? Kenapa harus kecewa dengan pandangan orang, cukup yakini saja bahwa progressmu kini lebih baik. Kamu sedang berprogres, maka fokus saja pada dirimu, pandangan orang? Siapa yang peduli dengan pandangan makhluk-makhluk berpersepsi, memang sudah naluriahnya untuk memiliki persepsinya. Kau, lihatlah ke dalam dirimu, kini pada detik ini kau tengah menulis puluhan kata hatimu. Maka luapkanlah segala kekecewaanmu, tak apa menjadi tak seperti yang orang mau, jadilah seperti yang dirimu mau. Jadilah mandiri, jadilah berani dalam hidup, tak perlu takut akan kegagalan. Lantas kenapa jika orang menganggapmu gagal dikala kata gagal itu masih berupa bentuk relatifitas. Banggalah akan dirimu yang kini tengah berproses, lupakan saja. Aku bukanlah tubuhku, aku adalah ruh yang kini tengah meminjam raga yang Tuhan berikan. Bagaimana dengan progressmu akan tujuanmu, tujuan untuk menapak langkah di bumi. Tujuan untuk hadir, tujuan yang sebenarnya untuk setiap ruh yang ditiupkan. Apa kau juga akan sama seperti mereka yang terjebak dalam permainan dunia.

Mereka yang menyulitkan dirinya sendiri dengan keuputusan-keputusan bodohnya, mereka yang selalu haus akan penliaian luar, yang tak sadar akan keberadaan ia dalam ruhnya. Lihatlah ke dalam, kau yang kini tengah menulis ini, apa yang telah kau lakukan untuk tujuanmu sesungguhnya? Menyesali sesuatu duniawi yang telah terjadi? Sungguh tidak ada kerjaan. Lihatlah mereka yang hatinya Tuhan jaga dari hal yang bersifat duniawi, harinya dipenuhi ketenangan dari rahmat Ilahi, jiwanya senantiasa mendapat pencerahan. Kau juga mampu, jika kau mau. Alla maha Rahim, dialah sang Khlaik, Maha adil. Apa kau tak mampu melihat semua keagungan itu karena jiwamu yang terlalu dipenuhi noda?

Astaghfrullahaladziim.

Jangan lupa beristighfar, bersyukur dan berbahagialah

Komentar

Postingan Populer