Langsung ke konten utama

Unggulan

MY Diary: Catatan dari Balik Pucuk Merah

Sebenarnya aku ragu menuliskan ini. Bagiku, ini adalah hal paling bodoh yang pernah kulakukan—membiarkan diriku jatuh sepenuhnya pada perasaan yang seharusnya tidak pernah ada. Perasaan yang kupikir akan menyelamatkan, memberi kenyamanan, tapi nyatanya malah menenggelamkanku dalam kekecewaan yang tak jelas ujungnya. Dan bodohnya lagi, sampai sekarang aku belum sepenuhnya bisa melupakan semuanya. Jalanan yang dulu sering kulewati bersamamu, hujan, malam yang sunyi—semuanya masih menarikku kembali pada bayangan itu. Pada perasaan yang seharusnya sudah hilang. Sampai sekarang, aku bahkan tidak sanggup menyebut namamu. Setiap kali namamu melintas di kepalaku—bahkan hanya sebagai bisikan samar—ada sesuatu di dalam diriku yang kembali runtuh. Seolah-olah harapan yang seharusnya sudah mati itu tiba-tiba hidup lagi, memaksa aku menoleh ke masa lalu yang sudah jelas tidak ingin menoleh kepadaku. Aku benci bagaimana satu nama saja bisa membuatku kembali berharap, kembali membayangkan kemungkinan...

Hakikat Manusia dalam Al-Quran

Di antara kita mungkin masih banyak, atau bahkan sangat banyak yang sering mempertanyakan 'Siapa saya sebenarnya?' wajar aja sih karena kita memamg sesosok makhluk yang selalu bertanya, memang itu naluriah manusia, lihatlah betapa Allah menciptakan manusia dengan sedemikian hebatnya. Lantas jika manusia adalah makhluk bertanya, dimana ia akan mendapatkan jawabannya? 

Eitsss, tenang kawan, dan  sepertinya kita memang patut bersyukur sebagai manusia karena Allah selalu menciptakan masalah bersamaan dengan solusinya. Yaps benar sekali, Al-Quran, panduan hidup, petunjuk, kitab, dan penentu arah, yang di dalamnya terkandung semua jawaban dari pertanyaan manusia. Kalimatnya yang penuh keindahan, bahasanya yang puitis dan abstrak, menyimpan seluruh makna dan hakikat di dalam kehidupan dan alam semesta, sungguh sangat luar biasa. 

Oke, tanpa basa basi panjang, kita langsung saja ke QS. Al-Baqarah ayat 33 yang artinya "Dia (Allah) berfirman, “Wahai adam! Beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu! Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-namanya, Dia berfirman, “Bukanlah telah aku katakan kepadamu, bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?” (Al-Baqarah/2:33)

Pada ayat tersebut, setelah ayat sebelumya yang menjelaskan bahwa malaikat tidak tahu dan tidak dapat menyebutkan nama benda-benda yang diperlihatkan Allah kepada mereka, maka Allah memerintahkan kepada Adam a.s. untuk memberitahukan nama-nama tersebut kepada mereka. Adam melaksanakan perintah itu lalu diberitahukannya nama-nama tersebut kepada mereka.

Kemudian, setelah Adam a.s. selesai memberitahukan nama-nama tersebut kepada malaikat, dan diterangkannya pula sifat-sifat dan keistimewaan masing-masing makhluk itu, maka Allah berfiraman kepada malaikat bahwa Dia pernah mengatakan kepada mereka, sesungguhnya Dia mengetahui pula apa-apa yang mereka nyatakan dengan ucapan-ucapan mereka dan pikiran-pikiran yang mereka sembunyikan dalam hati mereka. Dia menciptakan sesuatu tudaklah sia-sia melainkan berdasarkan ilmu dan hikmah-Nya.

Dalam masalah pengangkatan Adam a.s. sebagai khalifah di bumi terkandung suatu makna yang tinggi dari hikmah Ilahi yang tak diketahui oleh para malaikat. Mereka tidak dapat mengetahui rahasia-rahasia alam, serta ciri khas pada masing-masing makhluk, sebab para malaikat sangat berbeda keadaannya dengan manusia. Mereka tidak mempunyai kebutuhan apa-apa seperti sandang, pangan dan harta benda. Maka seandainya malaikat yang dijadikan penghuni dan penguasa di bumi ini, niscaya tidak akan ada sawah dan ladang, tidak akan ada pabrik dan tambang-tambang, tidak akan ada gedung-gedung yang tinggi menjulang. Juga tidak akan lahir berbagai macam-macam ilmu pengetahuan dan teknologi seperti yang telah dicapai umat manusa sampai sekarang ini, yang hampir tak terhitung jumlahnya.

Rangkaian di atas menegaskan bahwa tugas manusia di muka bumi adalah menjadi khalifah. Ketika mengetahui maksud Allah hendak menjadikan manusia khalifah di muka bumi para malaikat bertanya mengapa Allah hendak menjadikan manusia sebagai khalifah, padahal mereka banyak membuat kerusakan dan menumpahkan darah? Allah menjawab bahwa Dia mengetahui apa yang tidak diketahui oleh para malaikat.

Ternyata yang menjadikan manusia patut mengemban tugas sebagai khalifah di muka bumi adalah karena karunia yang Allah berikan kepada manusia berupa kemampuan untuk mengetahui nama-nama benda seluruhnya serta mengingatnya dan menjelaskannya, sementara para malaikat tidak memiliki kemampuan seperti ini.

Jika ditelaah lebih dalam kemampuan untuk mengidentifikasi dan memberikan nama pada hakekatnya adalah kemampuan dasar yang sangat diperlukan manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Kegiatan analisis dan sintesis untuk menghasilkan ilmu pengetahuan tidak mungkin dapat dilakukan tanpa kemampuan untuk mengidentifikasi dan memberi nama. Oleh karena itu bab atau topik yang menjadi bahasan awal ilmu mantik dan filsafat ilmu pengetahuan adalah tentang nama, tentang hakekat nama dan kaitan nama dengna konsep yang dirujuk olehnya. Kemampuan memberi nama baik yang konkrit mkaupun yang abstrak pada hakikatnya adalah kemampuan utuk membuat konsep yang pada gilirannya memfasilitasi kemampuan untuk melihat keterkaitan antara berbagai konsep serta mensintesis berbagai konsep menjadi konsep baru. Proses ini terjadi terus menerus dan dengan cara demikian ilmu pengetahuan terus terakumulasi dan berkembang.

Pertanyaannya adalah mengapa Adam mampu menjelaskan nama-nama benda itu, sedangkan malaikat tidak mampu? Dalam beberapa surah, termasuk surah al-Hijr/15: 33, yang artinya:

“Ia (Iblis) berkata, ‘Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering dan lumpur hitam yang diberi bentuk.’” (al-Hijr/15 :33)

Dijelaskan bahwa dalam ayat tersebut Allah swt menjelaskan bahwa manusia dibuat dari tanah. Tanah mengandung banyak atom-atom dan unsur metal (logam) maupun metalloid (seperti-logam) yang sangat diperlukan sebagai katalis dalam proses reaksi kimiawi maupun biokimiawi untuk membentuk molekul-molekul yang kebih kompleks. Contoh-contoh unsur yang ada di tanah itu antara lain besi (Fe), tembaga (Cu), kobalt (Co), mangan (Mn) dll. Juga dengan adanya unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), nitrogen (N), fosfor (P), dan oksigen (O), maka unsur-unsur metal maupun metalloid di atas mampu menjadi katalis dalam proses reaksi biokimia untuk membentuk molekul yan lebih kompleks seperti ureum, asam amino atau bahkan nukleotida. Molekul-molekul ini dikenal sebagai molekul organik pendukung suatu proses kehidupan. Otak manusia, yang merupakan organ penting untuk menerima informasi, kemudian menyimpannya kemudian mengeluarkannya kembali; terbuat dari unsur-unsur kimiawi di atas, yang tersusun menjadi makromolekul dan jaringan otak. Instrumen penyimpanan informasi lainnya yang dipunyai oleh manusia adalah senyawa kimia yang dikenal sebagai DNA atau desoxyribonucleic acid. Baik jaringna otak manusia maupun molekul-molekul DNA terdiri dari unsur-unsur utama C, H, N, O, dan P.

Prof. Carl Sagan dari Princeton University AS dalam bukunya The Dragon of Eden memberikan gambaran bahwa manusia memang unggul bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain ciptaan Allah swt. Salah satu keunggulannya adalah manusia dilengkapi dengan sistem penyimpanan informasi/memori. Sistem penyimpanan memori pada manusia ada dua macam yaitu: (1) Jaringan otak yang menyimpan informasi apapun yang dapat direkam olehnya. Otak manusia mempunyai kemampuan untuk menyimpan informasi sebanyak 1013 bits atau 107 Gbits. Penyimpanan informasi yang ke (2). DNA-Kromosomal, yaitu DNA yang ada di kromosom, yang menyimpan informasi genetik manusia. Informasi ini akan diturunkan kepada keturunannnya. DNA kromosomal manusia mampu menyimpan sebanyajk 2×1010 bits atau 2×104 Gbits. Kapasitas menyimpan informasi DNA kromosomal manusia ini sebanding dengan buku setebal 2000.000 hal, atau sebandung dengan 4000 jilid buku/ 500 hal. Kedua penyimpanan memori yang canggih ini terbuat dari unsur-unsur yang ada ditanah, subhanallah. Inilah jawabannya, mengapa Adam mampu menangkap dan mengerti semua yang di ajarkan Allah swt, berupa nama-nama benda-benda; serta mengungkapkannya kembali dengan benar, karena manusia Adam dilengkapii dengan instrument penyimpan dan pengekspresi kembali memori; jaringan otak dan DNA yang terdiri dari unsur-unsur tanah itu; sedangkan malaikat tidak demikian halnya. Iblis menyombongkan diri karena kebodohannya dalam memahami ciptaan Allah, dengan melecehkan unsur tanah.

 

1.     






Komentar

Postingan Populer