Langsung ke konten utama

Unggulan

Ketika Otak Terasa Menurun: Stuck, Bosan, dan Terjebak Dalam Lingkaran Overthinking

Pernah merasa stuck , bosan, dan seolah kemampuan otak mulai menurun? Aku pernah. Bahkan sekarang, aku masih mengalaminya. Beberapa waktu lalu, atasan—yang sebenarnya cukup baik, perhatian, dan sering memberiku ruang untuk berkembang—memintaku menyiapkan presentasi training untuk salah satu fitur pengembangan dari sistem yang sudah ada. Kalau didengar sekilas, itu tugas yang ringan. Banyak orang mungkin akan menganggapnya kesempatan emas untuk belajar hal baru atau menunjukkan kemampuan diri. Tapi untuk seseorang sepertiku, yang cenderung introvert, butuh struktur jelas, dan mudah kewalahan oleh ketidakpastian, tugas itu justru berubah menjadi beban mental yang cukup berat. Bukan karena presentasinya sulit, bukan karena materinya rumit, tapi karena aku tidak punya pegangan yang jelas . Masalahnya bukan pada tugasnya. Masalahnya pada reaksiku —dan aku baru menyadarinya belakangan. Ketika tugas itu diberikan, bukannya aku langsung merancang langkah-langkah yang harus dilakukan atau...

Jejak Pengalaman

 

Berteman dengan Gagal

Menjadi seorang penulis bukanlah hal yang mudah, dan aku paham betul itu. Tapi agaknya bukanlah hal yang keterlaluan jika gadis biasa sepertiku bermimpi untuk menjadi seorang penulis. Terkadang aku berpikir, mungkin mimpiku hanyalah sekadar basa-basi yang terlanjur basi untuk sekadar disuarakan kembali, sebagaimana yang sering dilontarkan orang-orang di sekelilingku, mana mungkin gadis sepasif aku yang hanya menghabiskan setiap detiknya di dalam rumah, bisa menyusun huruf demi huruf menjadi sebuah narasi yang cukup layak untuk dibaca. Namun, segera kutepis pikiran itu, tidak ada yang salah dengan mimpi, hanya saja perjuangan dan pengorbanan yang diberikan terkadang tidak mampu mengimbangi mimpi yang digantungkan di langit tertinggi. Mungkin mereka menganggap aku terlalu bodoh, bahkan untuk sekadar menuliskan kalimat pembuka yang sangat jarang di baca. Ya, aku akui itu, aku memang bukanlah gadis cerdas yang mampu merangkai kata menjadi kalimat bermakna yang berirama. Bukan pula seorang punjangga yang setiap kalimatnya mampu menembus relung dalam jiwa. Aku sama sekali bukanlah mereka, dan aku cukup menyadari kontrasnya perbedaanku itu. Namun, lalu mengapa? Apa yang salah dengan kelemahan dan kekurangan yang aku miliki, aku cukup tahu bahwa manusia tidak ada yang sempurna. Dan hidup hanya akan berjalan jika masalah ada. Dan aku cukup bersyukur dengan kenyataan itu. Setidaknya aku punya mimpi yang siap kugali dan kuperjuangkan.

Aku jadi teringat tentang perjalanan berharga yang kudapatkan belum lama ini, satu bulan yang lalu aku mengikuti salah satu kegiatan lomba menulis cerpen untuk pertama kalinya. Dan untuk pertama kalinya aku sadar, ternyata untuk meyakinkan diri bahwa aku bisa menulis saja tidaklah mudah, butuh tekad kuat yang benar-benar bisa mendonbrak batas-batas keyakinan akan ketidakmampuan diri. Dan lewat pengalaman itu juga, aku merasakan apa itu kegagalan yang bermakna, kegagalan positif yang mendorongku untuk terus berusaha dan mencoba. Maka, kini dengan percaya diri aku akan menyuarakan bahwa aku tidak takut jika gagal memang harus kembali menghampiri, karena seorang pembelajar sejati adalah mereka yang mampu belajar dari setiap pengalaman apapun yang didapatkannya. Dan untuk mimpiku, aku yakin akan ada satu masa dimana dunia dengan lantang menyebutku sebagai seorang penulis. Atau setidaknya aku bisa menjadi penulis inspiratif bagi diriku sendiri.

Komentar

Postingan Populer